Breaking News

Ada Dosa yang Tidak Bisa Diampuni Meskipun Bertobat Perspektif KH. Mahendara

Liputan08.com – Dalam sebuah ceramah yang penuh makna, KH. Mahendara mengangkat topik tentang dosa-dosa besar yang sulit atau bahkan tidak bisa diampuni. Salah satu dosa yang menjadi sorotan adalah perbuatan zina dengan istri orang lain, terlebih jika pelakunya dengan sengaja menceritakan perbuatannya kepada orang lain. Dalam Islam, dosa ini tidak hanya mencerminkan pelanggaran terhadap hak Allah, tetapi juga penghancuran terhadap martabat manusia dan kehormatan rumah tangga.

Zina adalah salah satu dosa besar yang sangat dikecam dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Ayat ini menunjukkan bahwa tidak hanya perbuatan zina yang haram, tetapi mendekati hal-hal yang dapat mengarah pada zina pun dilarang keras.

Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seseorang berzina saat ia beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa iman seseorang terlepas darinya saat ia melakukan perbuatan zina, menunjukkan betapa beratnya dosa ini.

Zina dengan istri orang lain memiliki konsekuensi dosa yang lebih besar dibandingkan zina biasa. Hal ini karena melibatkan pelanggaran terhadap hak orang ketiga, yakni suami dari wanita tersebut. Kehormatan dan keutuhan rumah tangga yang telah dibangun turut hancur akibat perbuatan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apa saja itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh wanita baik-baik berzina.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perbuatan zina dengan istri orang lain melibatkan beberapa dosa besar sekaligus, termasuk penghancuran kehormatan seseorang.

KH. Mahendara menjelaskan bahwa memperlihatkan atau menceritakan dosa kepada orang lain merupakan bentuk penghinaan terhadap rahmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Semua umatku akan diampuni kecuali orang-orang yang terang-terangan. Termasuk terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di malam hari, lalu di pagi harinya ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu.’ Padahal Allah telah menutupi dosanya di malam hari, tetapi di pagi hari ia malah membuka apa yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menceritakan perbuatan zina kepada orang lain menunjukkan sikap sombong terhadap dosa yang dilakukan, seakan-akan menganggap dosa tersebut bukan sesuatu yang serius. Hal ini menunjukkan tidak adanya rasa penyesalan yang sejati di dalam hati pelaku.

Para ulama sepakat bahwa zina adalah dosa besar, tetapi mereka berbeda pendapat tentang penerimaan taubat bagi orang yang melakukan zina dengan istri orang lain dan menyebarkan perbuatannya. Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menjelaskan:

“Taubat yang diterima adalah taubat yang disertai dengan penyesalan mendalam, niat untuk tidak mengulangi dosa, dan usaha untuk memperbaiki diri serta mengganti kerugian akibat dosa tersebut.”

Namun, jika seseorang dengan sengaja menyebarkan dosanya, hal ini menunjukkan kurangnya kesungguhan dalam bertaubat. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menambahkan:

“Orang yang bertaubat harus merahasiakan dosanya dan tidak menyebarkannya, karena Allah telah menutupi aibnya. Jika ia menceritakannya, itu adalah bentuk kesombongan dan tidak adanya rasa malu kepada Allah.”

KH. Mahendara mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang, tetapi juga keadilan. Bertaubat adalah jalan untuk kembali kepada Allah, tetapi harus disertai dengan penyesalan yang sungguh-sungguh. Beliau menekankan:

“Allah Maha Pengampun, tetapi jangan bermain-main dengan rahmat-Nya. Jika engkau berbuat dosa, segera bertaubat dengan sungguh-sungguh, jangan mengulanginya, dan jangan menceritakannya kepada orang lain. Karena Allah telah menutupi aibmu, maka tutuplah juga dosa itu dari manusia.”

Dengan memahami beratnya dosa zina, khususnya zina dengan istri orang lain, dan pentingnya menjaga aib, umat Islam diajak untuk selalu menjaga kehormatan diri dan orang lain. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjauhi perbuatan dosa dan menjalani kehidupan yang diridai Allah. Amin.

Tags:

Baca Juga

Rekomendasi lainnya